AA A. SOLO - Tim tenis kursi roda Indonesia tidak mematok target besar di ASEAN Para Games 2022 . Menurunkan enam pemain putra dan dua atlet putri, tim wheelchair Indonesia mengincar medali perak. Itu sebagaimana disampaikan pelatih tenis kursi roda Indonesia, Satria. Dia menuturkan bahwa dirinya sepenuhnya sadar dengan kemampuan atlet yang
Di manapun posisi tempat duduknya, pemandangan yang kamu rasakan ketika menaiki kereta api adalah sawah, gunung, rumah, dan aneka pemandangan lain. Kaupun akan turun di tempat yang sama pula, stasiun. Tak akan mungkin Bapak Polsuska tega menendangmu keluar di tengah jalan atau di tepi hutan. Kecuali, kau tak memiliki tiket resmi yang sesuai dengan jadwal kereta. Pendapat dari salah satu teman ini secara otomatis saya sanggah. Memang, kita akan mendapat pemandangan yang sama dan akan turun juga di stasiun. Apapun kelasnya, baik eksekutif, bisnis, maupun ekonomi. Meski ketiga kelas itu menyuguhkan fasilitas berbeda, namun ketika membeli tiket kereta api, pemilihan posisi tempat duduk akan menjadi penentu apakah kita akan menikmati perjalanan kita. Atau rasa kesal, capek, dan kebosanan yang akan menghantui api kelas ekonomi jadi pilihan utama Dalam melakukan perjalanan kereta api, saya sering menggunakan kereta kelas ekonomi. Maklum, saya bukanlah pria yang banyak duitnya. Menaiki kereta api kelas ekonomi artinya kita akan mendapat fasilitas paling dasar berupa kursi yang berhadap-hadapan. Kelemahan kereta ekonomi adalah jarak antar kursi yang cukup dekat, sehingga saat kita melakukan perjalanan jauh, maka kaki akan sulit bergerak. Namanya juga kelas dasar ya kita akan mendapat fasilitas dasar pula. Sesungguhnya di balik itu, bila kita mampu pintar memilih posisi tempat duduk, perjalanan kereta dengan kelas ini meski jarak jauh akan terasa asyik juga. Sebenarnya, kereta kelas ekonomi memiliki dua macam jenis kursi, yakni jenis 2-2 dan 2-3. Kereta ekonomi yang memiliki jenis kursi 2-2 biasanya memiliki harga tiket yang lebih mahal dibandingkan kereta yang memiliki kursi 2-3 karena memiliki lorong yang lebih longgar. Jika saya mendapat kereta ekonomi dengan jenis kursi 2-2, maka saya selalu memilih kursi yang dekat dengan jendela dan tak terlalu dekat dengan sambungan kereta bordess. Pemandangan Kota Yogyakarta dari balik jendela kereta api. Mengenal kode kursi kereta api kelas ekonomiNah, jika kereta ekonomi yang akan kita pilih merupakan kereta dengan jenis kursi 2-3, maka lebih baik kita memilih kursi yang berisi maksimal 2 orang saja. Selain tak banyak orang dalam satu set kursi, kita akan lebih bebas dalam meletakkan barang bawaan kita di atas bagasi. Kereta api ekonomi yang memiliki jenis kursi 2-3 sendiri memiliki 5 kode huruf yang menjadi dasar pemesanan tempat duduk penumpang kereta, yakni A, B, C, D, dan E. Kursi dengan kode huruf A, B, dan C merupakan kursi yang berhadapan 3 sedangkan kursi yang memiliki kode C dan D memiliki kursi berhadapan 2. Secara pribadi, saya mengategorikan kenyamanan tiap kode tersebut dalam sebuah urutan. Denah kode kursi kereta api kelas ekonomi Sumber 1. Kode paling nyamanKode paling nyaman adalah kode E. Kode ini berada pada rangkaian kursi berhadapan 2 dan terletak di tepi jendela. Kode E adalah kode yang banyak dicari bagi para penikmat perjalanan kereta apalagi yang sering melakukannya sendirian seperti saya. Selain bisa menikmati perjalanan dari balik jendela dan menjepret keindahan alam Indonesia, tak banyak penumpang dalam satu rangkaian kursi membuat kita leluasa untuk bergerak dan berpindah tempat, seperti saat kita ingin ke kamar kecil. Meski tak semua, duduk di kode ini juga bisa membuat kita melihat stasiun yang sudah kita singgahi. Melakukan jepretan alam Indonesia bisa dengan leluasa jika duduk di kursi dengan kode E 2. Kode cukup nyamanKode yang cukup nyaman adalah kode A. Kode ini berada pada rangkaian kursi yang berhadapan 3, kecuali untuk kursi 1A, 2A, 3A, dan 22A. Keempat kursi ini masih bisa dikategorikan sama nyamannya dengan kode E. Kursi berkode A nomor 4-21 memiliki keunggulan dekat dengan jendela. Tak hanya itu, posisinya yang dekat dengan colokan kabel membuat kita leluasa menetapkan koloni atas penguasaan energi selama perjalanan. Namun, kelemahan posisi ini adalah lebih banyak orang di dekat kita karena kursi berhadapan 3. Kegiatan berpindah ke kamar kecil menjadi lebih sulit. Perebutan kuasa atas bagasi pun menjadi lebih sengit. Walau begitu, dari posisi ini kita masih bisa nyaman tidur bersandar di jendela. 3. Kode biasa Kode yang bisa disebut pertengahan kenyamanannya adalah kode D. Kode ini bersebelahan dengan kode E. Hanya saja, kita tak akan mendapat pemandangan dari dekat jendela. Penguasaan atas energi untuk mengisi baterai ponsel pintar juga menjadi kurang leluasa. Namun, kode ini memiliki keunggulan dekat dengan lorong gerbong. Usaha untuk melakukan kegiatan di kamar kecil bisa lebih bebas. Tak hanya itu, kita bisa meregangkan kaki dengan nyaman jika sudah merasa Kode kurang nyaman Kode yang kurang nyaman adalah kode C yang berada pada ujung kursi yang berhadapan 3. Posisinya yang jauh dari jendela membuat kita mau tak mau harus bisa bertahan dalam kondisi bosan jika tak ada teman. Tak hanya itu, penguasaan atas energi dan cabang-cabang penting seperti tatakan meja juga sangat terbatas. Namun, kita masih bisa mendapat keuntungan dari posisi ini karena kita juga leluasa ke kamar kecil dan menyelonjorkan Kode paling tidak nyaman Nah, kode B dalam rangkaian kursi kereta ekonomi adalah kode paling tidak nyaman, kecuali untuk kursi 1B, 2B, 3B, dan 22B. Kode ini bagi saya adalah kode paling apes dan paling dihindari. Selain jauh dari jendela, posisinya yang berada di tengah membuat kita mati kutu. Ditambah lagi, kita juga terjepit diantara 2 orang. Kalau kedua orang tersebut adalah keluarga atau teman, maka tak akan menjadi masalah. Namun, jika keduanya adalah bukan orang yang kita kenal, maka kita harus bersiap-siap melakukan perjalanan paling membosankan selama berjam-jam. Kode B ini juga sering menjadi pengapesan penumpang yang tidak naik di stasiun terminus stasiun keberangkatan awal. Memesan kode kereta api dengan mudahNah, agar saya bisa mendapatkan tiket kereta api dengan kode kursi asyik dan nyaman, saya memilih Traveloka. Melalui Traveloka, saya bisa memesan tiket jauh-jauh hari, bahkan hingga 3 jam sebelum keberangkatan. Traveloka yang juga merupakan partner resmi PT KAI dan Railink memberi kemudahan kita dalam memesan tiket, mengisi indentitas, hingga melakukan pembayaran. Tak hanya itu, ada pilihan tambahan untuk memberikan jaminan asuransi perjalanan melalui CHUBB Travel Insurance. Saya jadi bisa melakukan perjalanan kereta api selama berjam-jam dengan nyaman. Bagaimana cara memesan tiket kereta api di Traveloka? Caranya mudah. Kita hanya perlu masuk ke situs atau aplikasi Traveloka. Kita pilih jadwal keberangkatan kereta kita. Jika ingin memesan tiket pulang, kita juga bisa pilih tiket balik. Kita pilih jadwal keberangkatan dan atau kepulangan Nah, setelah itu kita bisa memilih kelas kereta kita beserta sub class yang ada. Pilih kelas kereta yang diinginkan Konfirmasi jadwal dan harga Lalu, kita mengisi infromasi data pribadi, terutama nomor identitas, seperti KTP. Mengisi indentitas Jika sudah, maka kita bisa mengutak-atik dan memilih kursi yang pas sesuai keinginan kita. Kita bisa memilih tambahan biaya untuk asuransi perjalanan dan mulai memilih kode kursi kereta Terakhir, utak-atik kursi yang asyik dan lakukan pembayaran. Mudah bukan? Terakhir, kita pilih metode pembayaran dan membayar sesuai metode yang kita pilih. Tak lama kemudian, kita akan mendapat kode booking yang akan kita tukar dengan boarding pass di stasiun beberapa saat sebelum waktu keberangkatan. Jadi, tanpa perlu antre di stasiun, kita jadi bisa memesan tiket dengan mudah dan murah. Tak perlu payah antri tiket Tunggu apa lagi, ayo rencanakan liburan murah dengan memesan tiket kereta api yang asyik di traveloka. Pesan tiket kereta dahulu, duduk nyaman kemudian. Antara Selasa, 02 Agustus 2022 - 19:31 WIB. A A A. Atlet balap kursi roda Jaenal Aripin berselebrasi seusai menang pada final balap kursi roda 200 meter putra ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/8/2022). Jaenal Aripin meraih medali emas pada final tersebut. Sebagian besar anak-anak tunadaksa mengalami kelainan fisik yang disebabkan oleh pembawaan dari lahir atau penyakit. Pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk membantu mereka melatih diri dalam beraktivitas dengan kondisi kemampuan tubuh yang terbatas. Sebuah sekolah luar biasa khusus untuk anak-anak tunadaksa di Bandung menyadari bahwa fasilitas fisik seperti kursi roda yang mereka gunakan perlu disesuaikan dengan kondisi fisik anak-anak supaya dapat mendukung mereka dalam melakukan gerakan menjangkau ke atas serta menjangkau ke roda yang digunakan selama ini adalah kursi roda ISO 7176 yang umum dijual di toko peralatan medis. Penelitian ini bertujuan menentukan data anthropometri anak-anak tunadaksa di sebuah sekolah SLB-D X di Kota Bandung, dengan memperhatikan interaksi pengguna dengan kursi roda. Data anthropometri yang mewakili ukuran tubuh anak-anak tunadaksa dibutuhkan sebagai acuan untuk melakukan perancangan ulang kursi roda yang ergonomis bagi mereka. Duapuluh siswa pengguna kursi roda dengan rentang usia 6-12 tahun diukur tubuhnya untuk mendapatkan data-data anthropometri Uji normal dan keseragaman data yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran menunjukkan hasil yang layak untuk dipakai sebagai acuan. Pembagian persentil dilakukan untuk memberikan patokan pada penentuan dimensi fasilitas fisik. Tiga belas data anthropometri anak-anak tunadaksa dengan rentang usia 6-12 telah disusun dan dapat digunakan sebagai acuan untuk perancangan kursi roda. Kata kunci keywords anthropometri, fasilitas fisik, tuna daksa Figures - uploaded by Andri JantoAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Andri JantoContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 98 Penentuan Data Anthropometri untuk Perancangan Ulang Produk dengan Meninjau Interaksi Pengguna Studi Kasus Perancangan Ulang Kursi Roda ISO 7176 untuk Anak-Anak Tuna Daksa Determination of Anthropometry Data for Product Redesigning by Considering User Interaction Case Study Redesigning Wheel Chair ISO 7176 for Orthopedically Handicapped Children Andrijanto, Boy Parulian Hutapea Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha Bandung E-mail andrijanto boyparulianhutapea Abstrak Perancangan produk dilakukan untuk menjawab kebutuhan pengguna, sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan baik ketika menggunakannya. Akan tetapi ada produk terstandarisasi yang tidak dapat berfungsi secara optimal karena tidak sesuai dengan kondisi pengguna sehingga perlu dilakukan perancangan ulang. Penelitian ini bertujuan menentukan data antropometri untuk perancangan ulang dengan memperhatikan interaksi pengguna dengan produk. Interaksi antara pengguna U dan produk P akan menghasilkan data antropometri AT yang dibutuhkan dalam perancangan. Diharapkan dengan penentuan data antropometri yang tepat produk dapat diperbaiki dan dapat digunakan dengan aman dan nyaman Studi kasus perancangan ulang kursi roda ISO 7176 yang digunakan oleh anak-anak tuna daksa pada sekolah luar biasa di Bandung. Interaksi siswa dengan kursi roda dianalisis untuk menentukan data-data antropometri. Duapuluh siswa pengguna kursi roda dengan rentang usia 6-12 tahun diukur tubuhnya. Uji normal dan keseragaman data yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran menunjukkan hasil yang layak untuk dipakai sebagai acuan. Pembagian persentil dilakukan untuk memberikan patokan pada penentuan dimensi kursi roda. Sepuluh data anthropometri anak-anak tunadaksa dengan rentang usia 6-12 telah disusun dan dapat digunakan sebagai acuan untuk perancangan kursi roda. Kata kunci ergonomi, antropometri, perancangan ulang produk Abstract Product is designed to answer the customer needs; that product should interact with the user well while being used. However standardized product sometimes cannot interact well with user because it does not comply with user condition physically. To answer that problem, the product must be redesigned to match the physical condition of user. This research purpose is determining anthropometry data AT for product redesigned by considering user U interaction with the product P. The anthropometry data is expected can be used to modify product parts for complying the user physical condition then the product can be use safely and comfortably. Case study is used to describe steps of determination anthropometry data. A wheelchair ISO 7176 is redesigned product P in purpose to comply the physical condition of user. Users U are children with physical disability. They are using wheelchair ISO 7176 while studying in the special school. Twenty students with range of age between 6-12 years old will be analyzed and measured to obtain anthropometry data while interacting with wheelchair. Raw data will be normality tested and uniformity tested. Further the percentile distribution is done for benchmarking parts dimension of wheelchair. Ten data anthropometry of children with physical disability have been obtained and can be used as benchmark for redesigning wheelchair. Keywords ergonomic, anthropometry, product redesigned PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 99 1. Pendahuluan Latar Belakang Perancangan ulang suatu produk dilakukan untuk menyesuaikan dimensi produk dengan pengguna. Tujuannya adalah membuat produk tersebut dapat digunakan dengan aman dan nyaman. Berbeda dengan perancangan suatu produk baru, dimensi dapat mengacu pada suatu standar tertentu, seperti ISO untuk standar produk yang diakui secara internasional, atau JIS untuk standar produk yang digunakan oleh negara Jepang. Perancangan ulang suatu produk belum memiliki patokan dimensi baru yang akan memperbaiki dimensi aktualnya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi baru suatu produk rancang ulang dengan memperhatikan bagian-bagian produk yang memiliki interaksi dengan penggunanya. Dimensi tersebut akan menyesuaikan dengan data antropometri dari pengguna. Dalam hal ini data antropometri memiliki keterkaitan erat dengan perancangan suatu produk Zakaria, N., 2014, Gupta, D., 2014, Gill, 2015 Sebuah studi kasus perancangan ulang kursi roda ISO 7176 akan dilakukan untuk menjelaskan cara penentuan data antropometri dengan mempertimbangkan interaksi produk dengan pengguna. Pengguna kursi roda adalah anak-anak tuna daksa pada sebuah sekolah luar biasa bagian D SLB-D di kota Bandung. Anak-anak tuna daksa yang berada di sekolah tersebut sebagian besar akibat bawaan dari lahir atau penyakit, khususnya polio. Ada 20 anak-anak penyandang cacat yang menggunakan kursi roda, dengan rentang usia antara 6-12 tahun menjalani pendidikan di sekolah tersebut. Mereka menggunaka kursi roda ISO 7176 untuk melakukan aktivitas di sekolah tersebut. Batasan dan Asumsi Data anthrometri akan dikumpulkan dengan cara mengukur tubuh 20 anak-anak. Uji normal dan keseragaman akan dilakukan terhadap data. Uji kecukupan tidak dapat dilakukan karena pengukuran dilakukan terhadap seluruh populasi sampel jenuh. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah 5% dan tingkat kepercayaan 95%. Data anthropometri akan dibagi menjadi 3 persentil. 5%, 50%, dan 95%. 2. Landasan Teori Ergonomi Berdasarkan International Ergonomics Association IEA, kata “Ergonomi” berasal dari bahasa yunani Ergon kerja dan Nomos hukum alam. Ergonomi adalah keilmuan yang berorientasi pada sistem yang terus dikembangkan terhadap aspek-aspek manusia. Mendukung pendekatan secara holistic yang mempertimbangkan physical, cognitive, sosial, organisasi, lingkungan, dan faktor-faktor lain yang terkait dengannya. Ergonomi pada umumnya diterapkan pada aktivitas rancang bangun desain ataupun rancang ulang re-desain. Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja tools, bangku kerja benches, platform, kursi, pegangan alat kerja workholders, sistem pengendali controls, alat peraga displays, jalan / lorong acces ways, pintu doors, jendela windows, dan lain-lain. Ergonomi juga digunakan untuk rancang bangun lingkungan kerja working environment, desain pekerjaan, desain perangkat lunak, dan yang tidak kalah pentingnya adalah desain dan evaluasi produk. Di samping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Nurmianto, 1996. Antropometri Antropometri adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan sekumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakter fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk, dan kekuatan yang diterapkan pada suatu perancangan Stevenson, 1989; Nurmianto, 1996. JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 100 Antropometri Statis Antropometri statis merupakan ukuran tubuh manusia yang diperoleh saat manusia berada dalam keadaan diam statis pada suatu kondisi tertentu Ahlstorm et. al., 2003. Misal ukuran tubuh manusia pada saat duduk yang akan digunakan untuk perancangan kursi makan dan meja makan. Perbedaan pada suatu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran yang lain dapat terjadi karena hal-hal berikut data acak/random pada suatu populasi, perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku bangsa, perbedaan usia, perbedaan jenis pekerjaan, perbedaan jenis pakaian yang sedang dikenakan, adanya faktor kehamilan pada wanita, dan adanya cacat tubuh secara fisik. Antropometri Dinamis Antropometri dinamis merupakan ukuran tubuh manusia yang didapat dari berbagai macam posisi tubuh yang sedang bergerak Ahlstorm et. al., 2003. Misal pada saat keluar-masuk sebuah pintu yang dikondisikan pada saat berpapasan dengan orang lain akan menggunakan beberapa patokan ukuran tubuh manusia untuk mempertimbangkan segala kemungkinan ukuran pintu yang sesuai dengan kondisi yang tiga kelas pengukuran antropometri dinamis yaitu  Pengukuran tingkat ketrampilan mempertimbangkan keadaan mekanis suatu aktivitas  Pengukuran jangkauan ruang ideal yang dibutuhkan saat bekerja. Sebagai contoh jangkauan efektif kaki dan tangan saat melakukan kerja pada saat berdiri dan duduk.  Pengukuran variabilitas kerja dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam sebuah mekanisme kerja. Perancangan Ergonomi Perancangan yang ergonomi adalah pemahaman dalam menerapkan prinsip-prinsip ergonomis ke dalam perancangan sistem, yang dapat berupa perangkat kerja, peralatan, atau seluruh dari lingkungan kerja Rebelo et. al., 2016. Postur manusia ketika melakukan kerja/beraktivitas di office menjadi pertimbangan dalam perancangan produk yang ergonomis, yaitu berdiri, duduk, menjangkau, dan berpindah Openshaw et. al., 2006. Antropometri sangat penting dalam penentuan dimensi suatu produk rancangan untuk membuat sebuah produk dapat digunakan dengan nyaman dan aman. 3. Metodologi Perancangan sebuah produk yang ergonomis akan menggambarkan interaksi manusia ketika menggunakan produk tersebut dengan aman dan nyaman. Penentuan karakter dari produk rancangan, karakter pengguna, dan karakter pekerjaan akan menentukan data antropometri yang digunakan sebagai acuan Gupta, 2014. Dalam industri tekstil data antropometri disesuaikan dengan produk baju menggunakan fit mapping Daanen et. al., 2007. Fit mapping mencocokan data antropometri dengan pergerakan tubuh manusia sehingga produk baju akan nyaman dikenakan. Perancangan ulang produk tentunya akan menyesuaikan interaksi postur A dari pengguna U dengan komponen K dari produk P untuk menentukan data antropometri AT yang digunakan dalam analisis perancangan. Gambar 1. Diagram Interaksi Pengguna U dengan Produk P PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 101 Dari gambar dapat dijelaskan, misal pengguna U memiliki postur-postur Ai ketika menggunakan produk { A1, A2, A3, …, Ai }∈ U, dimana produk P memiliki komponen-komponen Kj yang berinteraksi dengan pengguna { K1, K2, K3, …, Kj }∈ P, maka antropometri AT adalah dimensi-dimensi tubuh pengguna ATk yang dibutuhkan untuk perancangan ulang { AT1, AT2, AT3, …, ATk }∈ AT. Relasi tersebut merupakan irisan antara postur pengguna dengan komponen produk ketika beraktivitas, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut U ∩ P = AT Sebuah komponen produk dapat berhubungan dengan suatu postur secara tidak langsung, seperti contoh pada gambar komponen 5 secara tidak langsung berhubungan dengan postur A2 lewat komponen 3. Komponen yang berhubungan tidak langsung dengan suatu postur akan dianalisis untuk mengetahui apakah komponen tersebut memerlukan data antropometri tertentu yang akan memperbaharui dimensi aktualnya. Pengguna U dan Produk P Pada tahap pertama perlu dijelaskan pengguna dari produk dan postur mereka ketika beraktivitas menggunkan produk. Setelah itu dijelaskan produk yang akan dirancang ulang. Produk tersebut dibagi menjadi beberapa komponen dimana komponen-komponen tersebut memiliki keterkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan pengguna. Pengguna U Pengguna dalam studi kasus ini adalah anak-anak tuna daksa di sebuah sekolah luar biasa bagian D. Menurut kamus kedokteran online tunadaksa adalah orang yang mengalami gangguan gerak disebabkan oleh kelainan neuro-muskuler dan struktur tulang yang bersifat bawaan, penyakit, atau akibat kecelakaan. Pada SLB-D anak-anak tuna daksa melakukan aktivitas menggunakan kursi roda. Mereka duduk dikursi dan melakukan aktivitas-aktivitas dengan postur ketika duduk, berpindah tempat, dan menjangkau. Aktivitas dengan postur berdiri jarang dilakukan, hanya untuk ke toilet dan berpindah ke kursi mobil ketika pulang. Dari postur mereka maka bagian kursi roda yang berinteraksi dengan mereka adalah  Postur ketika duduk A1 berinteraksi dengan alas tempat duduk, sandaran punggung, dan pijakan kaki  Postur ketika berpindah tempat A2 berinteraksi dengan roda belakang/kemudi  Postur ketika menjangkau A3 berinteraksi dengan sandaran tangan dan sandaran punggung untuk bertumpu  Postur ketika berdiri A4 akan berinteraksi dengan sandaran tangan untuk bertumpu Maka U memiliki 4 postur ketika beraktivitas, {A1, A2, A3, A4}∈ U Produk P Produk yang akan dirancang ulang adalah kursi roda untuk anak-anak tuna daksa akan menggunakan kursi roda orang dewasa ISO 7176 sebagai produk yang akan disesuaikan dimensinya dengan antropometri anak tunadakasa. Berdasarkan interaksi anak-anak dengan kursi roda maka kursi roda tersebut akan dibagi menjadi 6 komponen yang memiliki keterkaitan dengan dimensi tubuh anak-anak. Kursi akan dibagi menjadi alas tempat duduk dan sandaran punggung. Roda belakang memiliki hubungan tidak langsung dengan roda depan sebagai penyeimbang, sehingga roda depan juga dimasukkan dalam bagian kursi roda yang akan dianalisis. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada gambar yaitu  Alas tempat duduk K1  Sandaran punggung K2  Sandaran tangan K3  Pijakan kaki K4  Roda belakang/kemudi K5  Roda depan K6 Berdasarkan interaksi aktivitas dengan komponen didapat 6 komponen yang akan dianalisis dimensinya, {K1, K2, K3, K4, K5, K6}∈ P. Dimensi dari rangka kursi roda akan disesuaikan dengan dimensi tubuh pengguna yang baru sesuai dengan interaksinya dengan komponen- JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 102 komponen tersebut. Gambar menunjukkan dimensi aktual dari rangka kursi roda yang akan disesuaikan. Gambar 2. Komponen Rancang Ulang Kursi Roda ISO 7176 Gambar 3. Dimensi Rangka Kursi Roda ISO 7176 Penentuan Antropometri AT Penentuan data antropometri yang dibutuhkan dalam perancangan ulang akan dilakukan dengan merelasikan komponen-komponen K kursi roda ketika digunakan dengan anggota tubuh manusia AT ketika melakukan aktivitas dengan postur A. Alas Tempat Duduk K1 Alas tempat duduk berupa bidang persegi yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan ketinggian dari tanah yang harus ditentukan ketika pengguna beraktivitas duduk. Bagian tubuh pinggang kebawah akan berinteraksi langsung dengan alas tempat duduk. Maka relasi antara komponen dengan anggota tubuh adalah sebagai berikut  Panjang kursi akan ditentukan oleh lebar panggul AT1  Lebar kursi akan ditentukan oleh jarak lipat lutut popliteal ke pantat AT2  Tinggi kursi dari tanah akan ditentukan oleh tinggi lipat lutut popliteal AT3 PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 103 Gambar 4. Relasi Komponen K1 dengan Antropometri Sandaran Punggung K2 Sandaran punggung kursi digunakan ketika pengguna menyandarkan punggungnya saat duduk di kursi. Punggung pengguna akan berinteraksi langsung dengan komponen K2. Sandaran punggung ini berupa bidang persegi yang memiliki panjang, lebar, dan ketinggian dari atas tanah, sehingga relasi antara komponen dengan anggota tubuh punggung adalah sebagai berikut  Panjang sandaran punggung akan ditentukan oleh lebar bahu AT4  Lebar sandaran punggung dan tinggi berimpit akan ditentukan oleh tinggi bahu pada posisi duduk AT5 Gambar 5. Relasi Komponen K2 dengan Antropometri Sandaran Tangan K3 Sandaran tangan merupakan komponen dari kursi roda yang digunakan ketika pengguna duduk santai dengan meletakkan tangan pada sandaran atau ketika bertumpu untuk berdiri atau menjaga keseimbangan ketika hendak merubah postur. Maka bagian lengan dan tangan yang berelasi dengan sandaran tangan adalah  Panjang sandaran tangan adalah jarak siku ke ujung jari AT6  Tinggi sandaran tangan dari lantai adalah tinggi siku pada posisi duduk AT7  Lebar sandaran tangan adalah lebar telapak tangan AT8 JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 104 Gambar 6. Relasi Komponen K3 dengan Antropometri Pijakan Kaki K4 Pijakan kaki digunakan ketika pengguna duduk di kursi roda pada keadaan diam atau ketika berpindah tempat. Untuk anak-anak tuna daksa yang lemah pada bagian kaki, pijakan kaki akan sangat membantu mereka supaya kaki tidak terjuntai ke bawah dan terseret ketika berpindah tempat. Maka bagian tungkai kaki dan telapak kaki yang berelasi dengan komponen ini adalah  Panjang pijakan kaki adalah panjang telapak kaki AT9  Lebar pijakan kaki adalah lebar telapak kaki AT10  Panjang penyangga pijakan kaki adalah tinggi lipat lutut popliteal AT3 Gambar 7. Relasi Komponen K4 dengan Antropometri Roda Belakang/Kemudi K5 Kursi roda memiliki kendali di roda belakang. Pengguna dapat bergerak maju/mundur atau merubah arah kursi roda dengan menggerakkan roda pengendali yang terpasang pada roda belakang. Posisi roda pengendali harus dapat dijangkau dan digenggam dengan mudah oleh pengguna sehingga pengguna dapat meyalurkan tenaganya ke roda belakang. Maka bagian lengan dan telapak tangan pengguna berelasi dengan komponen ini sebagai berikut  Jangkauan tangan pengguna ke roda pengendali menggunakan jarak siku ke ujung jari AT6 Pada gambar diasumsi jangkauan terendah pada titik Y merupakan jarak terjauh yang harus bisa dijangkau oleh pengguna. Sedangkan titik tertinggi X adalah jarak terpendak yang bisa dijangkau oleh pengguna. Diamater roda pengendali aktual adalah 52 cm. Gambar 8. Relasi Komponen K5 dengan Antropometri PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 105  Diameter roda belakang akan dipengaruhi dengan tinggi alas kursi. Perubahan pada ketinggian alas kursi akan menyebabkan diameter roda belakang juga akan mengecil. Hal ini dilakukan supaya posisi tertinggi roda pengendali X masih tetap bisa dijangkau dengan mudah dan nyaman. Diameter roda belakang aktual adalah 60 cm. Roda Depan K6 Roda depan tidak memiliki relasi langsung dengan dimensi tubuh manusia. Sebagai komponen yang berfungsi menopang tungkai kaki, komponen ini juga berfungsi menjadi penyeimbang ketika pengguna melakukan garakan berpindah tempat. Diameter roda depan akan menjaga jarak antara penopang kaki dengan lantai selalu 2 cm. Diameter roda depan ini dipengaruhi oleh diameter dari roda belakang. Diameter roda depan aktual adalah 23 cm. Relasi Pengguna, Produk dan Antropometri Untuk mengambarkan relasi antara produk P ketika melakukan aktivitas dengan postur pengguna U yang membutuhkan antropometri AT maka dapat dibuat sebuah matriks yang dapat dilihat pada gambar Gambar 9. Matriks Relasi U-P-AT Maka berdasarkan studi kasus perancangan ulang kursi roda ISO 7176 yang disesuaikan dengan anak-anak tuna daksa, matriks relasi UPAT dapat digambarkan sebagai berikut 1. Aktivitas pengguna yang membentuk beberapa postur ketika berinteraksi dengan kursi roda akan dituliskan pada baris Postur Ai 2. Komponen-komponen kursi roda yang berelasi dengan postur akan dituliskan pada kolom Komponen Kj 3. Irisan antara postur pengguna dengan komponen adalah dimensi tubuh ATk, dituliskan pada setiap kotak Antropometri AT. Matriks relasi UPAT untuk perancangan ulang kursi roda ISO 7176 dapat dilihat pada gambar JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 106 Gambar 10. Matriks UPAT Perancangan Ulang Kursi Roda ISO 7176 Pada matriks tersebut data antropometri yang digunakan berulang akan diberikan tanda *, seperti AT3* yang digunakan kembali pada komponen K4. Sedangkan data antropometri yang berelasi tidak langsung dituliskan dengan menggunakan tanda kurung , seperti AT3* pada komponen K5 dan K6. Sedangkan AT4 di K2 dan AT6 di K3 tidak perlu diberi tanda * karena masih berelasi dengan komponen yang sama. Penentuan Jumlah Sampel Jumlah keseluruhan siswa SLB-D adalah 48 siswa dengan komposisi usia 23 siswa pada rentang usia 6 – 12 tahun dan 25 siswa pada usia diatas 12 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan wawancara, siswa yang berusia diatas 12 tahun tidak mengalami masalah dalam menggunakan kursi roda ISO 7176. Maka pengukuran difokuskan pada siswa pada rentang usia 6-12 tahun. Jumlah sampel disesuaikan dengan jumlah sub group pada uji seragam sehingga jumlah siswa yang diukur berjumlah 20 siswa. 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data Mengacu pada matriks relasi UPA maka ukuran tubuh anak-anak yang diukur dapat dilihat pada tabel dan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 107 Tabel 1. Target Pengukuran Antropometri Jarak lipat lutut popliteal ke pantat Tinggi lipat lutut popliteal Tinggi bahu pada posisi duduk Tinggi siku pada posisi duduk Tabel 2. Data Mentah Pengukuran Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan menguji kenormalan dan uji keseragaman data. Uji normal dengan jumlah sample n=20, dimana n≥8 maka D’Agustino’s D Normality Test digunakan untuk uji kenormalan Oztuna et. al., 2006. Tahapan uji dilakukan dengan menentukan 1. H0 densitas populasi tidak signifikan berbeda dengan normal H1 densitas populasi signifikan berbeda dengan normal 2. Taraf nyata alpha = n = 20 3. Wilayah kritis D hitung< Hasil uji normal untuk masing-masing nilai D dari data antropometri dapat dilihat pada tabel JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 108 Tabel 3. Nilai D hitung Data Antropometri Uji keseragaman data dilakukan dengan menghitung nilai BKB dan BKA dan masing masing data diplot pada diagram BKB-BKA untuk menunjukkan semua data seragam dan dapat digunakan sebagai data antropometri untuk perancangan ulang. Gambar menunjukkan semua data seragam. Gambar 11. Uji Keseragaman Data PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 109 5. Dimensi Antropometri Perancangan Ulang Perhitungan persentil Data antropometri untuk perancangan dibagi menjadi 3 persentil P5, P50, dan P95. Cara menghitung persentil menggunakan rumus berikut P5 = µ + Z1 1 P50 = µ P95 = µ + Z2 Hasil perhitungan persentil data antropometri untuk perancangan kursi roda ISO 7176 yang disesuaikan dengan anak-anak tuna daksa sekolah SLB D dapat dilihat pada tabel Tabel 4. Persentil Antropometri Anak-Anak Tuna Daksa Jarak lipat lutut popliteal ke pantat Tinggi lipat lutut popliteal Tinggi bahu pada posisi duduk Tinggi siku pada posisi duduk Penentuan persentil tiap komponen Penentuan persentil dilakukan dengan memperhatikan postur pengguna ketika berada di kursi roda. Tabel adalah penentuan persentil untuk setiap komponen yang telah dianalisis diatas. Tabel 5. Penentuan Persentil Data Antropometri Terpilih agar popliteal tidak tertahan ujung tempat duduk agar kaki tidak menjuntai agar dapat leluasa bersandar agar punggung dapat bersandar agar lengan dapat bersandar agar masih dapat disesuaikan posisinya agar dapat dijadikan tumpuan agar kaki dapat diletakkan pada pijakan agar kaki leluasa diletakkan pada pijakan agar kaki leluasa diletakkan pada pijakan tangan masih dapat mencapai posisi tertinggi roda pengendali tangan masih dapat menjangkau posisi terendah roda pengendali untuk menyesuaikan ketinggian pijakan kaki dari tanah JOURNAL OF INTEGRATED SYSTEM VOL 2. NO. 1, JUNI 2019 98-111 110 6. Kesimpulan Perancangan ulang sebuah produk dengan tujuan meyesuaikan dengan aktivitas pengguna memerlukan analisis yang meninjau postur pengguna Ai, komponen produk Kj, dan data antropometri ATk yang memiliki relasi U ∩ P = AT. Pada penelitian ini data antropometri yang akan digunakan pada perancangan ulang telah ditentukan dan digambarkan menggunakan matriks UPAT. Pada studi kasus perancangan ulang kursi roda ISO 7176 didapat 4 postur, {A1, A2, A3, A4}∈ U; 6 komponen, {K1, K2, K3, K4, K5, K6}∈ P; dan 10 data antropometri {AT1, AT2, AT3, AT4, AT5, AT6, AT7, AT8, AT9, AT10}∈ AT. Sepuluh data antropometri diuji normal dan seragam, dan kemudian dibagi menjadi 3 persentil yang dapat dilihat pada tabel Perancangan ulang kursi roda ISO 7176 secara detail dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan data antropometri yang telah ditentukan sebagai acuan. Penentuan persentil pada tabel untuk masing-masing data antropometri masih dapat disesuaikan lagi kemudian pada perancangan yang dikembangkan dengan penambahan fitur-fitur atau alat bantu yang dapat menambah keamanan dan kemudahan dalam penggunaan. 7. Daftar Pustaka Ahlstrom, V., Longo, K. 2003. “Human Factors Design Standard HF-STD-001”. Atlantic City International Airport, NJ Federal Aviation Administration William J. Hughes Technical Center. Daanen, Raffeltrath, 2007. “Function, Fit, and Sizing”, Chapter 6 Sizing in clothing. Developing effective sizing systems for ready-to-wear clothing, Woodhead Publishing, pp 202-218. Gill, S. 2015, “A review of research and innovation in garment sizing, prototyping and fitting”, Journal Textile Progress, 47, 1–85. Gupta, D., Zakaria, N. 2014, “Anthropometry and The Design and Production of Apparel an Overview”, Chapter 2 Anthropometry, Apperel Sizing and Design, Woodhead Publishing, pp 34-66. Hutapea, Boy Parulian 2010, “Perancangan Kursi Roda yang Ergonomis bagi Penyandang Cacat Anak-Anak untuk Menunjang Kegiatan Belajar di SLB-D Mustang Bandung”, Tugas Akhir Sarjana S1, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha. Kroemer, Kroemer, Kroemer, 2001, “Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency”, Prentice Hall, Inc, New Jersey 07458. Walpole, 1980, ”Introduction to Statistic”, 3rd edition, Gramedia, Jakarta. Nurmianto, E. 1996, “Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Gunawidya, Jakarta. Openshaw, S., Taylor, 2006, “Ergonomic and Design A Reference Guide”, Allsteel Inc. Öztuna, D., Elhan, A., Tüccar, E. 2006, “Investigation of Four Different Normality Tests in Term of 1 Error Rate and Power Under Different Distribution”, Turkish Journal of Medical Sciences. Rebelo, F., Soares, M. 2016, “Ergonomics in Design Methods and Techniques”, CRC Press, Balkema. Stevenson, 1989, “Lecture Notes On The Principies of Ergonomics”, University of New South Wales, Sydney. PENENTUAN DATA ANTHROPOMETRI Andrijanto, dkk. 111 Zakaria, N. 2014, “Body Shape Analysis and Identification of Key Dimensions for Apparel Sizing Systems”, Chapter 4 Anthropometry, Apperel Sizing and Design, Woodhead Publishing, pp 95-117. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Scott OpenshawGailyn MinderT J LongWoody WitherowHere at Allsteel, we believe the interaction between the user and the product is one of the primary concerns of the product design process. Our goal is to continue to develop products that respond to not only the issues that confront offi ce workers every day, but the size and shape of the person working, the work that is being done, the positions that are most common, and with attention to universal design concerns. While there are many different methods of ergonomic research and theory used to develop products that solve common workplace problems, we hope this reference helps to clarify some of the concepts and methodologies used in our process. It is our goal to provide a better understanding of how the science of Ergonomics is used to make products that help employees work more comfortably, effi ciently, and effectively. For more information on offi ce-related ergonomics, contact the Ergonomics Group at Allsteel ergonomicsallsteeloffi or Deepti GuptaEngineering anthropometry is a branch of ergonomics aimed at providing correct body dimensions for obtaining a good fit of a product to the user. Even though body measurements are integral to design of clothing, designers, in most cases, are not familiar with the principles and application of anthropometry in this field. Traditional systems of data collection, interpretation and applications in designing and grading of patterns are unscientific in nature and therefore fail to provide a good fit of clothing for users. This chapter highlights some of these problems and strives to bridge the communication gap between ergonomists and designers, by interpreting and applying the principles of ergonomics and anthropometry to the specific problem of design of ZakariaThis chapter deals with body shape analysis and identification of key body dimensions. It demonstrates, through a case study, the process of establishing the key dimensions for a sizing system and its application in clothing design. It further discusses the primary and secondary dimensions required for the development of a sizing system. Two distinct techniques - bivariate analysis and multivariate analysis - based on the principal component analysis, have been used to identify key dimensions. The last two sections of this chapter discuss the future trends and provide sources of further information and Öztuna Atilla ElhanE. TüccarBackground An important aspect of the "description" of a variable is the shape of its distribution, which tells you the frequency of values from different ranges of the variable. Typically, as most of the statistical tests are based on the normality assumption, a researcher is interested in how well the distribution can be approximated by the normal distribution. Unless there are extreme violations of the normality assumptions, approved statistical tests usually provide accurate results. Although simple descriptive statistics can provide some information relevant to this issue, more precise information can be obtained by performing one of the tests of normality to determine whether the sample comes from a normally distributed population or not. Aim Lilliefors corrected Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, D'Agostino Pearson and Jarqua-Bera tests were aimed to be compared in terms of Type I error and power of the tests. Materials and Methods The simulation was run 1000 times for 23 different sample sizes and for 8 different distributions. Lilliefors corrected Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, D'Agostino Pearson and Jarqua-Bera tests were compared in terms of Type I error and power of the tests. Results The most powerful results for normal distributions were given by the Jarqua-Bera and for nonnormal distributions by the Shapiro-Wilk test. Conclusions As it had the lowest Type I error rate, the Jarqua-Bera test was superior for normal and standard normal distributions. For nonnormal distributions, achieving sufficient power at smaller sample sizes, the Shapiro-Wilk was the most powerful. Simeon GillAchieving well fitting garments matters to consumers and, therefore, to product development teams, garment manufacturers and fashion retailers when creating clothing that fits and functions both for individuals and for a retailer's target populations. New tools and software for body scanning and product development enhance the ways that sizing and fitting can be addressed; they provide improved methods for classifying and analysing the human body and new ways of garment prototyping through virtual product development. Recent technological developments place a growing demand on product development teams to reconsider their approach to prototyping, sizing and fitting. Significant, related changes are also being made in the fashion retail environment, including innovations in virtual fit to enable consumers to engage with fit online. For best effect in the short term, such advances need to relate well to existing manufacturing practices and to the methods that have, over many years, become embedded by practitioners into the processes involved in clothing product development and those used for establishing garment fit. The high rate of technological advance, however, places an urgent need on practitioners to change; established principles of pattern theory need to be recognised explicitly and followed consistently, otherwise, new techniques for developing and assessing products will not be able to be fully exploited. Practitioners will be pressed to adopt more data-rational approaches to product development, including adopting engineering principles into the practice of clothing product development. For example, comparisons made between the traditional two-dimensional garment pattern and the three-dimensional environment accessible through 3-D body scanning technology, provide both the stimulus and the data required to support a re-examination of how the measurements required for clothing product development should be defined. This should be coupled with a more explicit recognition of ease as a factor requiring quantification within clothing engineering. New methods of categorising the body in terms of its form also allow recognition of the restrictions of proportional theories in pattern construction; they afford promising opportunities for advancing the practices of sizing and fitting in clothing product Factors Design Standard HF-STD-001V AhlstromK LongoAhlstrom, V., Longo, K. 2003. "Human Factors Design Standard HF-STD-001". Atlantic City International Airport, NJ Federal Aviation Administration William J. Hughes Technical in clothing. Developing effective sizing systems for ready-to-wear clothingH A M DaanenP A RaffeltrathDaanen, Raffeltrath, 2007. "Function, Fit, and Sizing", Chapter 6 Sizing in clothing. Developing effective sizing systems for ready-to-wear clothing, Woodhead Publishing, pp Kursi Roda yang Ergonomis bagi Penyandang Cacat Anak-Anak untuk Menunjang Kegiatan Belajar di SLB-D Mustang BandungBoy HutapeaParulianHutapea, Boy Parulian 2010, "Perancangan Kursi Roda yang Ergonomis bagi Penyandang Cacat Anak-Anak untuk Menunjang Kegiatan Belajar di SLB-D Mustang Bandung", Tugas Akhir Sarjana S1, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen to StatisticR E WalpoleJakarta GramediaE NurmiantoWalpole, 1980, "Introduction to Statistic", 3 rd edition, Gramedia, Jakarta. Nurmianto, E. 1996, "Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya", Gunawidya, Jakarta. BogorFruit Garden Hadirkan Fasilitas Fun Study. Himawan Listya Nugraha 08 Juli 2022 16:14 WIB. 4. Hadir sebagai salah satu wisata alam di Jawa Barat, Bogor Fruit Garden mengajak masyarakat menjadi bagian dari keseruan Grand Opening bertajuk â Funtastic Festivalâ . Bisnis.com, JAKARTA - Hadir sebagai salah satu wisata alam di Jawa Barat
"KLIK WA ADMIN kursi roda fs 871, kursi roda family, kursi roda fs 609, kursi roda freestyle, kursi roda kimia farma, kursi roda bayi family, kursi roda gea fs 868, kursi roda gea fs 875, kursi roda gea fs 868 l, kursi roda gea, Hai Warga Lampung, Kami Menjual Kursi Roda standard Rumah sakit ini terbuat dari bahan besi untuk kerangka,bahan kulit sintetis dengan busa untuk sandaran dan Jok,pijakan bhn besi. Kursi roda umumnya digunakan orang yang kesulitan untuk berjalan atau menggerakkan tubuhnya untuk berpindah ke tempat lain. Berikut adalah kondisi kesehatan yang butuh alat bantu ini1. Mengalami lumpuh total2. Mengalami masalah muskuloskeletal3. Mengalami patah tulang atau cedera pada tungkai dan kaki4. Mengalami masalah neurologis5. Mengalami masalah keseimbangan atau gaya berjalanTidak mampu berjalan jarak jauh beban berat maximum 100 Roda juara ini kokoh karena doubell depan menggunakan velg RacingRoda belakang velg jari Jari DIMENSI DAN UKURAN Lebar total kursi roda saat dibentangkan penuh = 65 cmLebar total kursi roda saat dilipat = 24 cmLebar sandaran dan dudukan kursi roda = 44 cmDiameter ban belakang = 59 cmDiameter ban depan = 20 cmTinggi posisi dudukan dari lantai = 52 cmTinggi total kursi roda = 89 cmPanjang total kursi roda = 106 cmPanjang dudukan kursi roda = 44 cmTinggi sandaran kursi roda = 45 cmKapasitas beban maksimal yang dapat ditanggung kursi roda = 100KgUkuran kardus = 93cm x 21cm x 87cmBerat bersih NW dan kotor GW kursi roda = NW 17,3Kg/ GW 19,3Kg jika ada kebutuhan banyak bisa nego, Harga Murah Kualitas TerbaikPemesanan Kursi Roda melalui Wa atau telpon Hub Kami Republic MedikaLangsung Owner 0813-3871-1166 kursirodacp, kursirodacerebralpalsy, kursirodacorona, kursirodacibubur, kursirodacaruban,"
\n \n kode alam kursi roda
OrderSekarang » SMS : 0812 8946 2118 ketik : Kode - Nama barang - Nama dan alamat produk dan area pengiriman yang sudah kami rakup yaitu kursi roda racing, kursi roda selatan, jakarta barat, jakarta timur, jakarta utara, jakarta pusat, tangerang selatan, kota tangerang, balaraja, bsd, alam sutera, pamulang barat, pamulang timur
Iapun sempat memuji Ulee Lheue lewat sebuah pantun. Warisan alam dan budayanya luar biasa,” sebut Sandiaga Uno. Kedatangan Sandiaga Uno dan rombongan ke Banda Aceh dalam rangka penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022, dimana Ulee Lheue berhasil masuk 50 nominasi ADWI tahun ini. Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 iwisatadi Taman Nasional (TN) Komodo adalah wisata berbasis konservasi, sehingga ekosistem alam, khususnya habitat komodo harus tetap terjaga dan masyarakat setempat turut mendapatkan manfaat dari aktivitas pariwisatanya. Ekonomi harus tumbuh, pariwisata harus berkembang, dan rakyat harus sejahtera, tapi ekosistem harus terpelihara. NIM: 1131469029. )*Tandatangan dibubuhi materai 6.000; ABSTRAKSI. Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera, maupun cacat. Kursi roda dapat digerakan oleh pihak lain atau orang lain dengan menggunakan tangan, atau menggunakan mesin. zKlP9.
  • l9zgwl6f89.pages.dev/117
  • l9zgwl6f89.pages.dev/217
  • l9zgwl6f89.pages.dev/110
  • l9zgwl6f89.pages.dev/43
  • l9zgwl6f89.pages.dev/194
  • l9zgwl6f89.pages.dev/132
  • l9zgwl6f89.pages.dev/290
  • l9zgwl6f89.pages.dev/375
  • l9zgwl6f89.pages.dev/117
  • kode alam kursi roda